Senin, 28 September 2009

ANALISIS PENAMPILAN BUDIDAYA DOMBA DALAM SATU KAWASAN PERKANDANGAN TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI PETERNAKAN YANG SEDANG BERKEMBANG

SRI NASTITI JARMANI

Perkembangan budidaya domba di Kecamatan Cikedung Informasi yang diperoleh dari pemuka masyarakat, budidaya domba sudah dikenal sejak lama dan merupakan usaha sambilan dengan tatalaksana budidaya tradisional. Domba yang dipelihara peternak adalah jenis domba lokal keturunan domba Priangan, dengan ukuran tubuh kecil, berwarna bulu putih dan hitam, ekor pendek dan tipis dan memiliki lingkaran hitam disekitar mata. Hingga saat ini, tatalaksana dan tujuan membudidayakannya juga masih sesuai dengan yang “diajarkan atau diturunkan” oleh pendahulunya. Sulitnya merubah tatalaksana budidaya ternak disini, mungkin karena pekerjaan yang dilakukan merupakan kegiatan rutin yang sudah terlalu lama dilakukan disamping faktor tingkat pendidikan yang dimiliki responden relatif sangat rendah. Hal ini selaras dengan yang dinyatakan oleh MOSHER (1978), bahwa kegiatan rutin yang sudah lama dilakukan dan rendahnya tingkat pendidikan, sangat mempengaruhi proses penerimaan inovasi teknologi.


Pertimbangan masyarakat disini memilih membudidayakan domba karena modal yangdiperlukan lebih kecil dibandingkan dengan memelihara sapi atau kerbau, serta setiap saat mudah untuk dijual. Sepanjang tahun domba dipelihara secara ekstensif (“dibiarkan bebas berkeliaran’) di lapangan pangonan dari pagi hingga sore dan kembali kekandang masingmasing
pada malam hari.

Pada awal tahun 2000, dalam upaya untuk menata lingkungan dan meningkatkan produktivitas ternak domba, pemerintah daerah Kabupaten Indramayu, memberikan fasilitas lahan bekas perkebunan yang sudah tidak digunakan untuk dijadikan sebagai kawasan budidaya ternak domba. Kepada setiap peternak, diberikan hak guna lahan untuk kandang seluas 400 m2. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pembinaan peternak dalam upaya meningkatkan usaha produksi ternak, dan selanjutnya diharapkan kawasan ini dapat bekembang menjadi sumber bibit dan pasar domba. Dampak dari kebijakan tersebut, meningkatkan minat masyarakat yang ingin memelihara domba tetapi tidak memiliki lahan, untuk menjadi peternak domba.

Dari 55 responden, sebanyak 32,7% peternak selain memelihara ternak milik sendiri juga memelihara ternak orang lain (“penggaduh”). Pada kelompok peternak berpengalaman 1 – 3 tahun dan 4 – 6 tahun, jumlah peternak penggaduh lebih tinggi, mencapai 56%. Hal ini selain dimaksudkan untuk dapat memanfaatkan lahan secara optimal juga untuk mempercepat jumlah ternak yang dimiliki peternak dari hasil gaduhan.

Penyerapan inovasi teknologi Teknologi perkandangan
Penerapan inovasi teknologi perkandangan sudah dilakukan oleh seluruh responden dimana kandang yang dimiliki seluruh responden pada umumnya berbentuk panggung, dengan bahan utama kayu. Hal ini sesuai dengan teknologi yang dianjurkan oleh BALITNAK (1989). Namun, belum banyak responden yang memberikan sekat bagi ternak yang akan melahirkan atau untuk domba yang baru dilahirkan. Penyekatan ini diperlukan untuk melindungi dan mengurangi kematian ternak yang baru melahirkan atau yang baru lahir karena serangan atau himpitan ternak yang lebih besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar